Cerukan untuk seantero Liverpudlian.

 

"Dimana gerangan tempat terbaik untuk kenangan? Ia milik kemarin. Milik igauan yang tak kenal arah angin."
[Sapardi Djoko Damono]

Berbicara mengenai kamu, sudah barang tentu tidak ada habisnya. Datang tepat sebelum lonceng penghabisan berdentang. Tentu saja sebagai pengganti Si Limbung itu. Gol pertama yang meliuk melewati pemain paling akhir dari lawan sangat mengagetkan, selain memang sangat menawan sebagai perkenalan. Selebrasi layaknya seorang koboi menembak sembari menunggangi kuda perang serupa dengan kelakuanmu yang sejatinya tidak tertebak. Arogansi dan potensi begitu larut dalam satu narasi tubuh yang utuh. Tidak ada yang bisa menggugat. Layaknya kepingan uang yang punya dua sisi berbeda tapi saling bersatu.

Sebelum kedatanganmu, kami layaknya orang-orang terhormat lainnya yang kaku dan arogan, hampir tidak punya imajinasi. Kalaupun punya, ya.. Hanya sebatas fantasi tidak berwujud. Entah apa yang menghalangi aliran hasrat imaji itu untuk mengalir pada kanal yang seharusnya. Keadaan menjadi berbeda setelah kedatanganmu. Apapun bisa kami lakukan bersamamu. Seperti mendapat angin kebebasan dari belenggu panoptikon yang mengikat, kami terus berpesta, berdansa dan larut dalam kesenangan yang sudah lama tidak kami rasakan.

Ketika kejayaan sedikit lagi menghampiri, kami terperanjat. Kami tersentak kaget dan kami terpeleset. Keringat dingin membuat kami tidak mampu untuk berdiri dengan cepat. Semuanya terdiam, membisu. Sempat terbersit apakah kami jumawa? Apakah kami terlampau egois? Tetapi waktu tidak bisa menunggu. Ia, penghukum paling kejam dalam kehidupan bersikap acuh dan terus berputar. Ketika kami sadar, semuanya sudah terlambat. Ia membawamu serta. Kami-pun limbung. Berbagai macam umpan kami sebarkan. Berbagai macam cara kami lakukan. Ya, untuk mencari penggantimu yang sepadan.

Dan bersamaan dengan diakhirinya coretan ini, waktu masih dan tetap bergulir. Kami belum mendapatkan apa yang kami butuh. Entah, tapi sepertinya semesta masih enggan memberikan persetujuan. Sampai kapankah kami harus menunggu? Silahkan anda berpikir sejenak dan menilai karena kesimpulan milik pembaca. Salam.

- Oscar de Marco - 

- Sentimentalist -

Comments

Popular Posts