Requiem Aeternam Ego!*

*sebuah coretan iseng membunuh waktu*

Kali ini bukan masalah eksternal, bukan juga adanya pihak ketiga, keempat atau kelima. Ini (murni) masalah internal. Ya, Friedrich Nietzsche, filsuf "gila" dari Jerman pernah mengumandangkan kematian tuhan lewat aforismenya yang terkenal, "Requiem Aeternam Deo" yang kurang lebih berarti "semoga tuhan beristirahat dalam kedamaian yang abadi". Persoalannya ketika tuhan saja bisa kita bunuh, mengapa kita tidak bisa membunuh ego?

Adalah kebodohan maksimal ketika kebersatuan antara aku dan kamu masih terusik ego masing-masing. "Silahkan cari yang lain, ruangan ini terlalu sempit untuk aku, kamu dan egomu". Ego siapa? egomu. Tiap-tiap orang berhak mengatakan ini kepada yang bersangkutan sehingga kepemilikan 'ego' dari kata 'egomu' menjadi bias.

By the way, siang ini saya dapat quote yang cukup menarik dan menjadi teramat penting untuk diabaikan. Kira-kira bunyinya begini, "............i love too much, but that's not enough to make me stay". Manis tetapi menusuk, seperti pengirimnya. Like a baileys in coffee cup, kamu tidak akan pernah tahu itu sampai kamu mencobanya sendiri (penulis seorang penikmat kopi susu). Well, that's life. Sometimes so bitch, but sometimes so gorgeus. Mari menikmati indahnya sore dengan secangkir kopi susu eh baileys.

Oscar de Marco.
Sentimentalist.

Comments

Popular Posts